By Thresia Yolanda . S (x-4)
Pagi itu adalah suasana pagi yang begitu menyenangkan bagiku dan teman-temanQ karena di pag yang cerah itu adalah hari pertama kami seluruh siswa/I SMAN 19 Medan masuk sekolah baru ini. Setelah sekian lama aku bermalas-malasan dirumah selama liburan panjang, dan akhirnya keinginanku untuk melanjutkan pendidikan ke SMAN 19 Medan ini telah tercapai juga. Aku bersama teman-teman baruku hendak memasuki kelas kami masing-masing. Selama
Selama aku berada dikelas x-4, aku semula menira teman-teman baruku itu semuanya pendiam dan selalu serius, ternyata dugaanku selama ini salah besar, malah mereka semuanya unik dan kocak-kocak banget, mereka selalu membuat guru yang masuk dan mengajarkan kami, semuanya selalu ceria dan penuh dengan canda tawa, sehingga kami dan guru yang masukpun selalu semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas itu.
Diantara teman-temanku yang kocak dan unik, ada satu teman baruku yang paling kocak dan unik lagi. Namanya Raymond sesuai panggilan sehari-harinya “jacko” pendek dan kecil. Dia itu tidak pernah mau diam, dan selalu duduk dibangku pojok paling belakang. Sampai ketika guru yang katanya yang mengajarkan bahasa Jerman pun dating.
“Selamat pagi, anak-anak? Apakabarnya hari ini??” . sapa bu’ guru itu.
“pagi bu…. (sambil berdiri)” jawab kami
“hari ini ibu mau memperkenalkan diri, tetapi sebelum memperkenalkan diri,kalian terlebih dahulu” ibu itu berkata. Baik bu…..
Setelah satu persatu kami memperkenalkan diri masing-masing, akhirnya tiba giliran ibu itu memperkenalkan dirinya, yang sampai saat itu belum juga memperkenalkan dirinya. Kami sendiri masih bingung, karena ibu itu memegang kapur tulis dan menulis sesuatu dipapan tulis.
“ibu, sudah mengetahui nama kami, tetapi sampai saat ini kami belum mengetahui nama ibu siapa?” uncap Raymond.
Ibu itu terus menulis, dan kami semua hanya diam dan menunggu, sampai ibu itu memperkenalkan dirinya, dan akhirnya ibu itu mau memperkenalkan dirinya, tetapi dalam bahasa Jerman ya pada saat itu kami semua masih bingung dan belum mengetahuinya sama sekali. “baiklah anak-anak nama ibu Shinta Simamora dan alamat ibu di jl. (dalam bahasa jerman)” guru itu berkata,, uh oh begitu, ibu anak atau saudaranya pak Simamora?” Tanya Raymond.
“kamu ini kok tau sieh… ya memang ibu anak kandung pak Simamora, kalian pasti dah kenal
“Pastilah buk, masak sama pak Simamora g kenal? Jawab Raymond dan frengky.
“buk Shinta Hanya tersenyum ria mendengar celotehan kedua teman2 baruku, lalu buk Shinta melanjutkan pembicaraanya yang terpotong tadi.
“apa ada pertanyaan yang kurang jelas lagi, nak?” Tanya buk Shinta.
“Kalau dipikir-pikir lebih lama ya bu, ibu itu dipandang makin lama makin cantik dan manis ja. Puji panji dan carlos. “kamu, ini ada saja bisanya gombal aja, Sekolah dulu ya nak, baru mikirin cewek (sambil menggelengkan kepala). Gerutu buBu karena Sudah lancing sama ibu, tadi (sambil menunduk, lalu duduk)” sesal panji dan carlos.
“tidak apa-apa
Setelah kami semua bercanda ria bersama-sama, akhirnya kami di wajibkan membawa kamus bahasa jerman pada waktu jam pelajaran bu Shinta tiba, namun bu Shinta member keringanan waktu pada kami setelah habis liburan bulan puasa depan.
“frev (bua), kamu bahasa Jerman ini dimana belinya?” Tanya Raymond.
“ditoko besi
“Ha….haa…… Jacko… jacko. Kamu ini nanyanya yang aneh….aneh aja.
Tanpa terasa waktu terus berjalan, akhirnya bel istirahat pun berbunyi dan kami pun bergegas menuju kantin. Tetapi sebelum keluar bu Shinta berpesan “jangan lupa, yang tadi anak-anak awas, nanti kalau tidak diingat bias kena hokum”.
“Baik,…. Bu,”